Kami tinggal dalam tempat pada sebuah rumah yang
tersembunyi, yang takkan pernah tergeser dengan ribuan nama-nama baru. Kami datang karena dia mengizinkan.
Meskipun gelap, meskipun tersembunyi, tapi
bisa jadi kami lebih abadi.
Meskipun tak diizinkan keluar, meskipun harus tetap diam.
Ribuan langkah mundur yang lalu, kami dicipta dengan cinta
dan luka. Waktu-waktunya memang takkan
perah membuatnya kembali menemui, tapi dia, takkan pernah lupa.
Matanya sudah terpejam dan terbangun bertahun-tahun kemudian,
meninggalkan hari-hari dimana kami pernah berteman begitu dekat, sungguh dekat.
Pertemuan itu, mungkin saja dia ingat.
Dari sebuah obrolan, senyuman, tawa ringan yang menjadi
kebiasaan. Lalu sebagian darinya ada yang mengakar begitu kuat, hingga tak bisa
diberhentikannya waktu untuknya merasakan dekat itu berulangkali, lalu sebuah
rumah dalam hatinya dibuka lebar. Dan kami adalah penghuninya, bersama waktu
berlalu beriring dengan langkahnya.
Dulunya hanya kami penghuni rumah itu, menjadi yang paling terang,
menjadi yang paling dirindukan.
Hingga pada saatnya kami harus bersembunyi, dalam ruang
paling paling dalam dan paling gelap tanpa siapapun boleh tahu. karena sebuah
peristiwa yang mengukir luka pada hatinya. Meski berulangkali mencoba
menyembuhkan, tetap saja bekas luka itu tak mau pergi, menjadikan memori
tentang kami begitu menyakitkan untuknya.
Dan sekarang kami adalah hantu,
yang terus berjalan dibelakangnya, meski ia tak mampu melihatnya, atau memang
tlah memilih memalingkan muka. Tapi cinta kami tak pernah pergi, maka kami
titipkan dalam segala bentuk melalui segala hal ketika dia lelah, agar kami menjadi
pengingatnya, mengambil pelajaran dari kisah kisah yang dahulu itu hingga tak
terukir lagi satupun luka.
Biarkan hanya sebuah tempat kecil, gelap, dan terdalam, tapi kami takkan pernah pergi
meninggalkannya. Melihatnya bahagia bersama penghuni baru pada rumah itu,
menjadi yang paling terang dan tak tergantikan, untuknya