Satu cerita untukmu sayang, satu perjalanan panjang yang takkan pernah pergi dari hati. Mungkin ini terlalu sederhana untukmu, tapi tidak buatku. Ini perjalanan yang begitu panjang dan melelahkan. Baru sekali ini. Mungkin ada banyak cerita hebat yang telah kau rasakan. Tapi tidak buatku, ini cerita besar yang terlanjur menghiasi kertas-kertas polos dalam awang mata kosongku beberapa waktu lalu. Aku mencintaimu, sungguh. Mungkin tak sekedar cinta yang mengharapkan bahagia. Tapi ini penghargaan atas nafas hangat, caramu menenangkan gelisah hati dengan pelukan itu.
Begitu panjang sayang, satu demi satu mulai ku tahu saat itu. Satu demi satu dari banyak hal yang belum pernah ku tahu sebelumya. Darimu. Hal – hal kecil yang membuatku tertawa. Seperti yang kau tahu. sebagian tawa ini kau bawa dalam tiap cinta yang menghampiriku, menemani embun pagi, membangunkanku dengan bisikan “i love you honey”. Cinta...
Satu cerita yang berawal dari rasa sakitmu, dan aku yang baru bangkit dari putus asa itu. satu masa sulit yang kau terima apa adanya. Aku ingat sayang, saat bidadari cantik itu tak bisa berada disampingmu dan kau menangisinya tiap dia berkunjung ke rumah kita. Bukan rumah tepatnya. Baru ada pondasi waktu itu. kita berusaha membuatnya kokoh, meskipun ada saja yang ingin membuatnya runtuh. Tak elak aku pasti marah karena cemburu, karena aku hidup bersama orang yang memikirkan orang lain. Tapi kemudian dengan rayuan – rayuan itu, hati ini selalu luluh. Iya. Hati perempuan, hati yang mendengarkan. Aku tak pernah membenci hal – hal itu. semakin hari semakin bertambah perasaan ini. Perasaan bahwa aku bisa menjagamu.
Ingatkah sayang? Waktu itu kita masih cukup belia dan janji besar itu hanya sebuah mimpi buat kita. Waktu yang begitu berat. Kadang kala satu dari kita merasa lelah dan ingin pergi saja. Pergi ketempat yang jauh, kembali memutar waktu. Tapi kadang-kadang kita menjadi amat dewasa. Bersama-sama menulis mimpi-mimpi indah tentang anak cucu kita yang berlarian saat kita duduk santai di beranda rumah sore hari sambil minum teh. Kemudian mimpi-mimpi itu membuat kita saling bertatapan bodoh, kemudian tertawa, tapi kadang sebaliknya sayang, kita menangis bersama.
Cerita-cerita itu, membuatku tersenyum meskipun jauh dalam hati ini sakit merindukanmu. <bersambung.....>