Sebuah ungkapan yang terlalu sederhana dan terlalu sering mengetuk
gendang telinga. Gunung pun dapat terbentuk dari butir- butir debu yang menanam
tajam sebuah azam hingga batu-batu dilangit terkalahkan oleh tingginya. Begitupun
kantong-kantong perasaan ini, telah penuh dengan seribu satu masa lalu yang
datang tinggal dan tak mau pergi. Butir-butir
air mata tak lagi mampu menunggu gilirannya melihat bulan gelap di atas sana. Menyedihkan.
Dan merasa paling menderita. Lalu apa benar setiap langkah dibelakang waktu itu
selalu menyedihkan? Nyatanya sebagian mata berbinar tawa kala indah itu tlah
ada digenggamnya dan kisah timur hanya menjadi bahan jenaka. Hati memang
selalu berbeda. Butir-butir yang mampu mengalahkan rasa, tlah terkubur teramat
jauh bahkan mata tak lagi mampu mengejarnya. Tapi bagaimana dengan hati? Dindingnya
selalu kokoh, tanpa sela, dan terlalu sempit tuk sekedar melewatkan sedikit
kisah senja. Saat langit yang terbakar
tak mampu mengubah jingganya. Rindu dalam hati itu berkumpul, hari demi hari,
hingga sebutir saja dari ribuan detik langkah yang terekam bersama denyut tak
lagi mendapatkan tempat, sedangkan sayang apa yang dikata tak bisa tangan
merengkuh, tak lagi tau kemana arah kaki ini harus melangkah, karena yang
dicari tlah pergi, menghilang. Menyelipkan sebuah rindu semasa nyawa masih
bertuan. Begitulah janjinya sebelum pergi. Bahkan hingga titipan rindu itu
terbagi. Dan yang dieratkan pada tangannya bukan rindu yg tertitip
kepadaku. Pada suatu batas, pun hati ini
sempat terbangun dan menggali lebih jauh dan mengubur setiap kisahnya lebih
dalam. Tapi hati memang selalu berbeda. Tak lagi mampu kejujuran ini
dikalahkan. Dalam ketiadaan daya mata,
telinga dan lengan ini hendak memeluknya. Luapan rindu dalam hati. Menggantung diujung
jemari.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
16 Desember 2024
Hari sebelumnya, kami sedang membaca buku bersama. Dunia Tumbuhan. Buku baru Nehan. Lalu ada sebuah tumbuhan yang mengena di hati saya. Embu...
-
Tulisan ini terinspirasi dari pengalaman pribadi saya sebagai mahasiswi tingkat akhir yang ikut tenggelam dalam ribetnya menyiapkan wisuda. ...
-
Entahlah apa bedanya. Tak ada hati mendikte kata salah atas apa yang terjadi. Bukankah cinta tak ada yang salah? Tentu tak ada yang sal...
-
Nasabnya Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar