Kalau dilihat dari penampakannya, mungkin gambar di atas cukup menjijikkan. Tapi tunggu dulu, untuk sebagian masyarakat di daerah Pegunungan Kendeng yang notabene adalah daerah berkapur, makhluk hidup di atas bisa jadi menu makanan favorit pada musim-musim tertentu. Jika kita lihat nama daerahnya, tentu bisa ditebak, pohon jatilah komoditas utama yang merupakan salah satu tumbuhan yang dapat hidup di habitat sedikit unsur hara. Lalu apakah sajian istimewa nan terlihat menjijikkan bagi sebagian orang tersebut? Inilah dia, ungker si kepompong ulat jati.
"Ungker" adalah sebutan kepompong ulat jati bagi masyarakat di daerah pantai utara Jawa khususnya Blora (daerah asal saya) yang merupakan penghasil kayu jati dengan kualitas terbaik di Jawa (sepengetahuan saya). Ungker mempunyai nama latin Hyblaea puera, kepompong ulat yang memakan daun jati. . Ulat jati suka memakan daun jati muda yang baru tumbuh di awal musim hujan. Pohon jati menggugurkan daunnya pada saat kemarau. Pada awal musim hujan, pohon jati memunculkan daun-daun muda yang berwarna hijau kemerahan. Daun muda inilah ngengat jati meletakkan telurnya. Rata-rata satu betina mampu bertelur 500-1000 butir. Dalam dua hari telur-telur tersebut menetas menjadi ulat kecil yang rakus, yang menyantap daun muda hingga hanya meninggalkan tulang daunnya. Setelah bertumbuh seukuran 4-5 cm (dalam waktu 10-15 hari) ulat akan turun ke tanah untuk berkepompong. Ulat memilih tempat dibalik daun-daun yang gugur dibawah pohon untuk berkepompong (sekitar bulan november-desember). Kepompongnya berbalut kokon sutra. Umur kepompong sekitar 2 minggu. Nah, ungker ini diperoleh setelah dibersihkan dari kokonnya.
Meskipun terkesan menjijikkan, tapi ungker mengandung protein yang cukup tinggi. Cara masaknya sederhana. Ungker tinggal dicuci bersih dan dibumbui sesuai selera. ada yang ditumis, dibacem, dipepes, atau di sangrai (digoreng tanpa minyak). Nikmat bukan?
Pada musim-musim ungker, di kawasan-kawasan hutan jati akan banyak ditemui para warga dari yang tua sampai yang anak-anak berjongkok memilah-milah daun jati kering. Hanya satu modal yang dibutuhkan, tahan gatal, hehehehe
Selain menjadi sumber pengganti lauk pauk yang gratis dan lezat, harga ungker di pasaran cukup tinggi. Di Blora sendiri, ketika musim ungker tiba, harganya bisa mencapai 50-60 ribu rupiah per kilo dan dijual dalam keadaan sudah bersih. Alhasil, akan banyak ditemui penjual-penjual dadakan di depan pasar maupun di pinggir-pinggir jalan pada kawasan hutan (seperti kalau ada musim deren atau rambutan). Kalau dilihat dari harganya, tentu bisa disimpulkan, peminat ungker bukan hanya masyarakat sekitar hutan, tapi juga masyarakat kalangan menengah ke atas (untuk ukuran Kabupaten Blora). Sooo... bagi yang masih asing dengan kudapan istimewa, silakan mencobanya ......:)
Salam kenal, saya Merta bisa dapat info nama desa atau nomer telpon orang deaa tempat ungker biasa didapat. Saya tertarik untuk mencobakuliner unik ini, terima kasih
BalasHapusdi daerah blora jawa tengah mbak..hampir disemua desa khususnya yang agak pinggir,, kawasan hutan jati ada...musim peralihan dari kemarau ke musim hujan... agak susah juga ya kalo nomer telpon orang yang jual,,, saya kalo lagi pulang kampung biasanya beli dipinggir-pinggir jalan..macam musim rambutan gitu, pada buka lapak dadakan
HapusRindu oseng2 ungker
BalasHapusmusimnya cuma beberapa saat :D
Hapus