27 Jul 2011

Satu dalam Semua Masa

Dalam hamparan langit biru, ku tuliskan mimpi-mimpi itu. Biru yang jernih, biru yang terang. Bersamanya.... sebuah pena dari serpihan satu bintang yang paling bercahaya. Ku goreskan pelan-pelan, khawatir biru jernihnya terkelupas dan tak lembut lagi. Satu goresan yang pertama satu permohonan sambil kupejamkan mata.. dan sayap-sayap kecil itu berhambur terhempas silau tangan ini menggenggam dan berserua. Ku terdiam sejenak. Memandang ap yang baru saja mengukir kanvas nan anggun bersiratkan sisa senja kemarin ketika ku memeluknya. Sungguh cantik, bersahaja dan kedamaian itu lahir dari mata-mata biru yang tak kosong lagi. Satu pena itu masih tetap bercahaya. Berisyarat padaku,  memintaku menggoreskannya kembali pada dasar langit itu. Lebih dalam, lebih tegas tanpa  keraguan. Kedua, ketiga, keempat dan seterusnya. Ku buka tiap pejam mata ini berbagi harapan. Kupandangi kemudian ku letakkan sbuah snyuman di atasnya. Agar goresan itu tumbuh subur menjadi benih yang paling dicintai. Hingga langit yang menjadi peraduannya pun merasa iri, iri karena tak bisa menjaganya.  Hingga ia pun menangis tiap mimpi hasil goresan itu pergi satu demi satu menjelma sebagai bidadari.... tak kubiarkan terus tangan ini menggores biru langit di atas sana. Biarlah tak seberapa mimpi itu,agar tak redup kilau lembut langit-langit dunia mu. Biar tak mati serpihan bintang pena hati ini. Biar sedikit saja dan indahnya tak tergantikan. Satu dalam semua masa..........

26 Jul 2011


Malam nan larut 
bersama bintang-bintang dan bulan sabit.
Kulihat mereka tersenyum 
bernyanyi menimang malaikat-malaikat kecil  yang bermimpi akan salju esok musim dingin. 
Bersendau dalam musim gugur yang melahirkan daun-daun kering,
tampak gersang namun amat memberikan kedamaian...
Bukan seperti hati ini, kesepian. . . . . .

25 Jul 2011


Jingga yang mmberi keteduhan, jingga yang rela menempati hanya seujung dari sebuah kehampaan. Yang terus memberikan warnanya melukiskan selapis lembayung dalam senja, murung dan menggigil dalam gulita.
Hela nan kian lapar akan kerinduan butir keringat atas perjalanan yang begitu menghanyutkan hati, membuat sesak ini makin lapang, terus dan terus membolak balikkan perasaan.
Perasaan seorang anak manusia , mau berjalan dalam gelap tapi kaki tlah begitu lelah meraba dan berkali-kali  tertusuk kerikil hidup nan teramat menyakitkan, pun cahaya yang ada tak mampu menunjukkan ujung denyut yang tersisa. Lalu apalagi???? Ini setapak yang mesti dilalui, selangkah dan satu demi satu. 

Hembusan itu mengalun membelai jiwa yang kuat meski raga tlah tak mampu menampakkan semangat menegakkan dua kaki itu. Terus dan terus menyapu kecantikan yang hampir tak terlihat lagi akan putih pucat namun tak pernah hilang dari wajah itu sebuah sungging senyum ketulusan.  Smakin dalam terasa ia terbang melewati lorong –lorong penuh dengan hiasan membelalakkan mata hati atas kekuasaanNya. Terasa begitu indah. Kehangatan menyertai bersama cahaya-cahaya bertabur membagi tasbih seolah memberi tanda bahwa  bintang-bintang itu berharap untuk menghadap bersama kelemahan yang teramat agung.  Suci, bersih, dan damai. Sayup terdengar menghujam pada jiwa –jiwa yg mulai melemah. Seiring tenggelam matahari remuk hati yang kian hancur tertata bersama merah darah segar membara. Sungging senyumku mungkin menjadi teramat mahal, tertutupi putih pucat yang terus menerus mengikuti jejak kepayahanku menapaki perjalanan mimpi ini.  Berteman air mata, bergelut kegalauan, dan hanya bisa berbayang akan wajah-wajah dengan kerut perjuangan dan harapan.  Hanya berharap melayang diantara para bintang dan bertemu dengan sejuk embun pagi buta sedangkan nafas telah tersengal, mencoba lari dari apa yang terekam tiap detik mata terbuka. Andai saja ada yang bercerita akan kerasnya alam ini, aku mungkin memilih untuk tak dilahirkan. Ungkapan kecil atas sakitnya kaki ini berjalan pada bara api menuju sempurnanya bekal masa depan tuk negeri yang hampir tak sanggup lagi mengedipkan keteguhannya mengangkat kemuliaan. Tapi semua itu hanya ketakutan.  Karena aku tahu. Saat ini menatap langit-langit masa depan bersama malaikat-malaikat Tuhan yang bertebaran dalam cinta tiada dusta. Temanku, tak terkata dan hanya terasa betapa indah perjalanan sulit ini kulalui bersamamu. Dan senyumku, senyum kita semua bukan hanya sungging yang tanpa makna. Tangis yang kini mengalir bukan ratapan sakit yang menghancurkan kekuatan, tapi tangis kebahagiaan berteriak bersama kepalan semangat dan tangis ketakutan akan perpisahan yang kan datang, suatu saat. Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Berawal dari sini bersamamu.. . . . . .

16 Desember 2024

Hari sebelumnya, kami sedang membaca buku bersama. Dunia Tumbuhan. Buku baru Nehan. Lalu ada sebuah tumbuhan yang mengena di hati saya. Embu...