30 Des 2011

Aku Hanya Sepenggal Masa Lalu

Satu keheningan yang membuatku terlalu mudah mengeluarkan air mata. Bukan sesuatu yang menyakitkan, hanya memberi kesan yang begitu mendalam. Malamnya yang sepi sepoi-sepoi, dengan lampu-lampu kota yang tak benderang, hanya sebatas memberi jalan bagi yang hendak melangkahkan kaki dan menajamkan mata. Aku mengikuti langkah itu dibelakangnya, hati-hati, khawatir suara sandalku mengganggu rabaan telinganya. Sepanjang setapak yang telah berlalu, ku hirup bau harum yang lembut, melonggarkan saraf-saraf tegang yang seharian ini mulai memberontak karena merasa tak diperlakukan adil.
Wangi itu. Wangi yang selalu mengajarkanku tentang bagaimana melukis hujan. Tentang mata air yang tak boleh keruh. Tentang kehidupan. Aku berjalan hati-hati, khawatir bayag-bayang langkahku mengganggu ketenangan mata sejuknya. Aku tak ingin membuatnya menoleh padaku, khawatir mata sejuk itu kian sendu. Perjalanan waktu itu. Perjalanan sebuah keheningan. Tak ada yang tau bahagianya, tak ada yang tau rasa sakitnya, satu pun tak ada yang tau. Hanya aku.
Sebenarnya tak ingin sebatas kaki ini yang membayangi. Ingin ku katakan padanya. Aku merindukanmu. Tapi dia tak mungkin bisa menyentuhku. Tak ingin memaksanya tuk mengingatku, karena ku enggan melihatnya menundukkan kepala dan terdiam lama.
Dia… Aku…. Tak ada bedanya. Hanya saja dia sedikit lebih tenang, tak pandai memberontak sepertiku. Bahkan dalam perjalanan waktu itu. Melihatnya diam-diam. Dia memang sedikit berbeda dariku. Dia tak lebih pandai menangis dariku. Hanya tertunduk dan berjalan terus. Tapi dia sama sepertiku. Tak Pandai menyembunyikan kebencian dan kesedihan. Ingin ku katakan padanya, “jangan sedih, aku tak akan mengganggumu”. Aku tak mau melihatnya sepertiku. Biarkan waktunya menjadi suatu bahagia atas apa yang pernah ku perbuat padanya. Sungguh, aku tak akan mengganggumu. Hanya ingin sekali saja melihatmu mendongakkan kepala dan memperlihatkan satu senyum saja. Aku takkan mengganggumu, tapi akan terus mengikutimu. Sampai lelahmu datang dan kaki-kakimu tak sanggup melangkah, dan lampu-lampu kota ini  tak menyala lagi...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

16 Desember 2024

Hari sebelumnya, kami sedang membaca buku bersama. Dunia Tumbuhan. Buku baru Nehan. Lalu ada sebuah tumbuhan yang mengena di hati saya. Embu...