12 Jan 2016

9 Bulan Inara



Sudah hampir sembilan bulan nak, mari kita berdoa bersama, semoga inara sholihah sehat selalu, bermanfaat untuk sesama, dicintai dan mencintai Allah, seperti afsheen, sejumput doa kami untuk namamu, kecil tapi bersinar. Inara, maafkan untuk segala keterbatasan kami nak. Lima bulan sudah ibu berusaha melupakannya tapi tak bisa. Lima bulan sudah ibu tak lagi mampu memberikan hakmu. Sebuah keajaiban yang Allah berikan untuk pertumbuhanmu, kesehatan dan kecerdasanmu, asi, yang tak lagi bisa kau minum dari ibu. Andai saja nak, andai saja setelah 2 minggu kita berpisah waktu itu kita nggak langsung LDR, akan ada waktu untuk menyembuhkan kelupaanmu. Tapi mengungkit semua itu hanya menunjukkan ketidaksyukuran kita pada Yang Maha Kuasa kan sayang? Kalo inara tau pun inara pasti akan menegur ibu. Mengungkit ketidakmampuan waktu itu hanya akan menyakiti lelaki yang kita berdua cintai, bapaknya inara. Yang telah mengorbankan banyak hal dan memperjuangkan hidup kita. Sampai waktu ibu melahirkanmu dan mendapat panggilan diklat 2 minggu ke luar kota, waktu itu inara 3 bulan usianya. Saat ibu pulang, inara cuma mau minum dari botol dot, sehari itu ibu paksa hingga inara nangis-nangis, menggeliat kesana sini, sampai matamu merah nak. Tapi hari berikutnya ibu harus kembali merantau ketempat kerja dan menitipkanmu pada Uti. Ibu ingin membawamu nak, tapi kami tak tega membuatmu hidup di sekotak kamar yang ditempati 2 orang saja sudah sumpek, apalagi jika membawa Uti dan Nara. Jadilah kita bertemu akhir pekan di setiap minggunya dan di setiap akhir pekan itu pula hampir selalu ibu membuat nara nangis-nangis agar nara bisa minum asi lagi dari ibu. Tujuh bulan setengah persis usia nara  waktu itu, ibu kembali mendapat panggilan dan meninggalkan nara selama 2 minggu dan pulang dengan tangan kosong. Hari-hari sebelumnya ibu masih bisa memberimu asi meski hanya 100-200 ml per hari. Ibu tak segera menyerah nak, karena ibu masih ingin memberimu makanan terbaik, apalagi 2 mingu saat ditinggal pergi nara mengalami masalah pencernaan, bertepatan dengan tidak adanya stok asi sehingga nara harus full sufor. Jadi kesimpulan ibu waktu itu, nara masih butuh asi dan harus minum asi meskipun sedikit. Ibu beli pompa baru karena berpikir mungkin pompa yang lama sudah usang. Sambil setiap akhir pekan ibu masih mencoba mengajak nara belajar dan belajar lagi. Sampai sekitar 3 minggu berikutnya ibu menyerah nduk, tak ada hasilnya, setetes pun tak ada lagi.  Maaf...

O iya, saat-saat inara masih diperut, bapak ibu masih magang dan tinggal di kosan waktu itu, setiap pagi kami sarapan nasi uduk dengan lauk 1 telur dan tempe. Bapak selalu bilang sudah kenyang, sudah cukup, dan ibu yang akhirnya memakan sebutir telur rebus itu, demi kesehatan janin kami tercinta, kamu nduk. Setiap malam kami makan lele penyet, yang 1 porsi isi dua dan nasinya masak sendiri. Kadang-kadang beli 2 porsi sekalian untuk sarapan. Agar nara makan protein hehe. Sedangkan setengah dari gaji Bapak selalu  disiapkan untuk memeriksakanmu ke dokter setiap bulan. Karena hanya itu yang kami bisa lakukan. Setiap kali teman-teman ibu bercerita tentang barang bayi yang bermacam rupa, ibu hanya bisa berdoa, semoga inara tetap tumbuh dengan indahnya, dalam segala keterbatasan kami. Maaf ya nak, ibu bercerita bukan sebagai pembelaan diri karena tak bisa memberimu banyak hal seperti orang tua-orang tua di luar sana, kami hanya berusaha memberi yang terbaik dengan yang kami punya. Semoga kita selalu bisa menjaga diri, menghargai perjuangan, menghargai berbagai macam kehidupan di sekeliling kita

Mari kita sekarang bersama-sama belajar tentang cinta inara dan ibu seperti ibu dan anak pada umumnya nduk. O iya, jangan lupa kita berterima kasih pada Bapak. Karena kita sekarang bersama nduk, kita tak lagi hidup berjauhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

16 Desember 2024

Hari sebelumnya, kami sedang membaca buku bersama. Dunia Tumbuhan. Buku baru Nehan. Lalu ada sebuah tumbuhan yang mengena di hati saya. Embu...