Sudah hampir sembilan bulan nak, mari kita berdoa bersama,
semoga inara sholihah sehat selalu, bermanfaat untuk sesama, dicintai dan
mencintai Allah, seperti afsheen, sejumput doa kami untuk namamu, kecil tapi
bersinar. Inara, maafkan untuk segala keterbatasan kami nak. Lima bulan sudah
ibu berusaha melupakannya tapi tak bisa. Lima bulan sudah ibu tak lagi mampu
memberikan hakmu. Sebuah keajaiban yang Allah berikan untuk pertumbuhanmu,
kesehatan dan kecerdasanmu, asi, yang tak lagi bisa kau minum dari ibu. Andai
saja nak, andai saja setelah 2 minggu kita berpisah waktu itu kita nggak
langsung LDR, akan ada waktu untuk menyembuhkan kelupaanmu. Tapi mengungkit
semua itu hanya menunjukkan ketidaksyukuran kita pada Yang Maha Kuasa kan
sayang? Kalo inara tau pun inara pasti akan menegur ibu. Mengungkit ketidakmampuan
waktu itu hanya akan menyakiti lelaki yang kita berdua cintai, bapaknya inara.
Yang telah mengorbankan banyak hal dan memperjuangkan hidup kita. Sampai waktu
ibu melahirkanmu dan mendapat panggilan diklat 2 minggu ke luar kota, waktu itu
inara 3 bulan usianya. Saat ibu pulang, inara cuma mau minum dari botol dot,
sehari itu ibu paksa hingga inara nangis-nangis, menggeliat kesana sini, sampai
matamu merah nak. Tapi hari berikutnya ibu harus kembali merantau ketempat
kerja dan menitipkanmu pada Uti. Ibu ingin membawamu nak, tapi kami tak tega
membuatmu hidup di sekotak kamar yang ditempati 2 orang saja sudah sumpek,
apalagi jika membawa Uti dan Nara. Jadilah kita bertemu akhir pekan di setiap
minggunya dan di setiap akhir pekan itu pula hampir selalu ibu membuat nara
nangis-nangis agar nara bisa minum asi lagi dari ibu. Tujuh bulan setengah
persis usia nara waktu itu, ibu kembali
mendapat panggilan dan meninggalkan nara selama 2 minggu dan pulang dengan
tangan kosong. Hari-hari sebelumnya ibu masih bisa memberimu asi meski hanya
100-200 ml per hari. Ibu tak segera menyerah nak, karena ibu masih ingin
memberimu makanan terbaik, apalagi 2 mingu saat ditinggal pergi nara mengalami
masalah pencernaan, bertepatan dengan tidak adanya stok asi sehingga nara harus
full sufor. Jadi kesimpulan ibu waktu itu, nara masih butuh asi dan harus minum
asi meskipun sedikit. Ibu beli pompa baru karena berpikir mungkin pompa yang
lama sudah usang. Sambil setiap akhir pekan ibu masih mencoba mengajak nara
belajar dan belajar lagi. Sampai sekitar 3 minggu berikutnya ibu menyerah nduk,
tak ada hasilnya, setetes pun tak ada lagi. Maaf...
O iya, saat-saat inara masih diperut, bapak ibu masih magang
dan tinggal di kosan waktu itu, setiap pagi kami sarapan nasi uduk dengan lauk
1 telur dan tempe. Bapak selalu bilang sudah kenyang, sudah cukup, dan ibu yang
akhirnya memakan sebutir telur rebus itu, demi kesehatan janin kami tercinta,
kamu nduk. Setiap malam kami makan lele penyet, yang 1 porsi isi dua dan
nasinya masak sendiri. Kadang-kadang beli 2 porsi sekalian untuk sarapan. Agar nara
makan protein hehe. Sedangkan setengah dari gaji Bapak selalu disiapkan untuk memeriksakanmu ke dokter
setiap bulan. Karena hanya itu yang kami bisa lakukan. Setiap kali teman-teman
ibu bercerita tentang barang bayi yang bermacam rupa, ibu hanya bisa berdoa,
semoga inara tetap tumbuh dengan indahnya, dalam segala keterbatasan kami. Maaf
ya nak, ibu bercerita bukan sebagai pembelaan diri karena tak bisa memberimu
banyak hal seperti orang tua-orang tua di luar sana, kami hanya berusaha
memberi yang terbaik dengan yang kami punya. Semoga kita selalu bisa menjaga
diri, menghargai perjuangan, menghargai berbagai macam kehidupan di sekeliling
kita
Mari kita sekarang bersama-sama belajar tentang cinta inara
dan ibu seperti ibu dan anak pada umumnya nduk. O iya, jangan lupa kita
berterima kasih pada Bapak. Karena kita sekarang bersama nduk, kita tak lagi
hidup berjauhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar