17 Nov 2012

Sebait Untukmu



Palestina...
Namamu seindah ukiran-ukiran firmanNya
Di tanahmu saudaraku
Teristimewa untukmu
Harum
seharum darah-darah syahidmu
Hanya di tanahmu saudaraku
Peri-peri kecil berhamburan menemui surgaNya
Sungguh, karena Dia terlalu merindukan mereka
Hanya di tanahmu saudaraku
Dia menjadikan ladang amal untuk seluruh cita-cita syahid alam semesta
Palestina
Karena Dia teramat mencintaimu



8 Nov 2012

Dia Memberi Waktu



Aku berada di sini saat ini. Sebuah ruang yang membelenggu waktu. Putih, diam, tercahayai semburat jingga dari deret kaca-kaca hijau toska. Membuat mata ini menjadi pagi. Bangsal-bangsal itu seolah memberikan isyaratnya padaku untuk diam. Karena mereka menginginkan sepi, mungkin. . Atau hendak menyampaikan pesan. Entahlah, tapi smuanya memang tertidur dan telinga ini mulai bosan. Ku ajak sebagian jiwa ini menerobos lubang-lubang waktu, keluar sejenak menjejak jalan-jalan yang luput dari peka hati memungut pelajaran. Biarkan tubuhnya tertidur, agar silap nurani itu berkelebat sejauh yang hendak dicapai. Biarkan raganya bermimpi nyenyak dalam tidur, sedang ruhnya menyelinap dari penjara waktu, memulai perjalanannya, mencari muara.
Kilat-kilat waktu itu menghantui. Kutinggalkan raganya ntah kemana. Dan sampailah pada sebuah memori, tentang tangisan, tentang kenangan, tentang jejak-jejak yang tertinggal. Dari sebuah kematian. Tentang daun-daun langit yang berguguran. Ingatan itu kembali kawan. Ingatan-ingatan yang membuat hati sedikit terusik, tentang kisah-kisah mereka yang dikenang, tentang jejak-jejak mereka yang dikasihi, meski bibirnya tak lagi berbicara. Ku biarkan raganya bermimpi dan aku melewati jalan-jalan ini. Sebuah waktu yang tlah lalu. Ketika satu demi satu senyum-senyum itu menghilang, tinggal namanya saja yang dikenang. Seorang sahabat dekat, teman yang sekedar kenal dan yang dipersaudarakan karena keimanan. Mereka meninggalkan kami satu persatu, meninggalkan mimpi yang tak sempat tercicipi. Sebuah batas yang Robbul izzati buat untuk kami tak lagi bisa saling memberi peluk dan mengusap peluh-peluh perjuangan. Sekejam itu kah kematian? Kembali memori ini ke beberapa waktu yang lalu. Sungguh kawan, tak jauh dari hari ini. Jiwa –jiwa suci itu tlah pergi meninggalkan pelajaran berharga untuk kami yang tersisa. Bahwa sebelum kematian itu datang, harus ada sebuah nama yang suatu saat nanti, hingga ribuan bulan nanti, tak pernah terlupakan. Kami mengingat kebaikannya, lalu bagaimana nanti denganku jika aku tak pernah menyimpan tulus-tulus itu? kami pun mengingat tulisan-tulisannya. Tulisan-tulisan luar biasa yang baru kami sadari ketika jari jemarinya tak lagi mampu menggoreskan pena. Lalu bagaimana denganku yang tak bisa menulis? Sekedar menuangkan isi hati pun terlalu rumit. Ntahlah, kami selalu baru menyadarinya ketika samua itu benar-benar menjadi jejak. Bahkan ketika mereka mencoba menyampaikan ucapan perpisahan, prasangka tak pernah tertegur dan enggan tangan-tangan ini mengacuhkan. Bagaimana pula perasaan mereka ketika itu? mungkin semacam kemarahan yang tak bisa dikonversi dalam tatanan kata atau sebatas menyimpan ikhlas karena mereka tau suatu saat ruh-ruh kami pun kan sampai pada waktunya. Besit pertanyaan itu yang kemudian mengeram dalam benakku, apa yang mereka rasakan saat itu? teka-teki itu satu per satu ku tebak. Dan benar atau tidak aku tak pernah tau. Mulai meraba esok hari, apakah malam ini sama seperti malam yang  mereka jalani sebelum hari batas menjadi sebuah akhir.
Andai saja. Andai kematian bisa dinegosiasikan. Andai kami bisa meminta waktu lebih lama dari yang Kau kehendakkan. Sedikit saja, agar ada senyum termanis untuk mereka yang kan tinggal lebih lama. Agar kami bisa memberi waktu terindah pada seutas waktu, menyematkan cinta tertinggi agar mereka tau jejak-jejak mereka tak kan pernah dilupakan. Agar tak ada kasih sayang yang belum sempat terucapkan.  Kematian. Mengingatnya. Bertaqwa. Dan aku kembali pada yang tertidur. Menembus lubang-lubang kaca hijau toska. Membangunkannya. Mengingatkannya. Waktu untuknya masih ada.
Yaa Gofur. Sungguh. Kami tau Engkau memberi waktu #demi masa....

16 Jul 2012

Sertifikasi Guru,,,#ciiieee

Kesejahteraan guru di Indonesia akhirnya bisa lebih baik setelah adanya program sertifikasi yang dilakukan oleh pemerintah. tetapi kalau saya lihat ternyata program ini tidak tepat sasaran karena ternyata guru-guru yang mendaftar maupun yang sudah mendapatkan sertifikasi dan tunjangan itu tidak layak. Hal ini bisa dilihat dari beberapa aspek.

 Yang membuat saya bertanya-tanya apa sih tujuan pemerintah memberikan sertifikasi? apakah untuk memberikan kesejahteraan bagi guru atau untuk meningkatkan kualitas guru?ataukah keduanya?

Mengutip dari sambutan Rektor Universitas Pendidikan Indonesia, Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata, M.Pd. bahwa : Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. Sertifikasi guru bertujuan untuk: (1) menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik profesional, (2) meningkatkan proses dan hasil pembelajaran, (3) meningkatkan kesejahteraan guru, serta (4) meningkatkan martabat guru; dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.

Semangat pemerintah untuk memberikan rangsangan para pengajar ini dengan sertifikasi patut dihargai,,tetapi saya lihat hal ini menyimpang dari semangat positif itu dan sekarang menjadi euforia tersendiri, berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan tunjangan sertifikasi itu dan setelah mendapatkan tunjangan sertifikasi yang berupa 100% dari gaji pokok kemudian menggunakan uang itu untuk berbelanja dan menghabiskannya untuk memuaskan diri # kalau menurut saya ini adalah dosa sosial akibat kesalahan manemen yang dilakukan oleh pemerintah, karena seharusnya uang itu bisa digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat.

Menurut saya program sertifikasi itu kurang efektif untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara Nasioanl. Karena selama ini pendidikan yang ada di Indonesia terfokus di pulau jawa padahal banyak sekali di luar pulau jawa yang jauh membutuhkan peningkatan kualitas ,,, nah salah satunya asalah dengan meingkatkan kualitas pengajar yang ada disana.
Bayangin aja bro,,, diluar jawa itu gurunya cuma sedikit, belum lagi kualitasnya, nah kalau Ujian Akhir Nasional standar kelulusannya dibuat sama dimana sisi keadilannya sementara fasilitas yang kurang dan kualitas dan jumlah guru yng kurang,,, eeehh ini pemerintah minta standarnya sama. Aneh kan? kualitas dan kuantitas

Kalau mau beralasan mungkin pemerintah sudah melakukan berbagai tes, seleksi dan saringan kepada guru-guru calon penerima tunjangan sertifikasi guru. Mari kita tilik satu persatu... ( to be continued )


6 Mei 2012

Mereka


Ini kehidupan, tak hanya sehari, tak cukup satu atau dua jam, tapi dari tak bisa berucap hingga keriput menjadi pakaian . Allah memang baik. Dia menunjukkan padaku banyak pelajaran. Ya. Mesti bersyukur, dari mereka yang hancur masa depannya, dari mereka yang mengedepankan uang dan gengsi karena di tanah ini, kami dihargai jika dompet tak pernah kosong, jika rumah beralas keramik, jika anak-anak kuliah di universitas yang terkenal, jika gaji milyaran, jika, jika, dan jika. Padahal banyak mutiara-mutiara  di antara jejal sampah dan sempitnya tempat tidur mereka. Tak banyak orang lain tahu. Tak banyak orang menilai dari bagaimana orang-orang itu mempertahankan Tuhannya, bukan sekedar untuk makan, tapi untuk satu kehidupan. Bukankah semua yang kita punya sebagian milik mereka dan harus kita kembalikan hak-hak itu?
Tak bisa lagi, setelah makin ku mengerti satu persatu kehidupan kami di tanah ini, bahkan hampir tak ku temui  kebahagiaan yang dibangun dari ketulusan perasaan, karena perut ini lapar. mungkin kau hanya bisa tertawa mendengarnya, karena kau tak pernah merasakan sakitnya jadi mereka. Bukan sebuah omong kosong atau sekedar novel, tapi ini kenyataan. Karena kelaparan telah menjadi penyakit turun menurun semua orang... 

14 Mar 2012

Biarkan


Biarkan mereka jadi warna warna yang indah, berlari meninggalkan jejak pelangi sepanjang jalan yang kita lalui. Biarkan mereka lebih dulu melewatinya, karena dengan itu kita kan tau dengan apa kita melangkah nanti. Benar memang, tak pernah ada ingin mereka datang menyapa indahnya kisah ini, tapi asalkan kau tau kasihku... mereka datang tuk membuat ikatan ini makin kuat. Karena ku kan paham kesungguhan apa yang dihatimu dan kau pun akan tau apa yang tersimpan dalam benak yang mungkin lidah ini tak mampu mengungkapkannya.
Biarkan jalan ini berliku karena dengan itu kita kan tau, susah yang terasa tak berarti ketika kaki-kaki ini melangkah bersama dan tangan-tangan ini berpegangan.  Biarkan jalan ini terjal karena kita kan sadar dengan keteguhan hati yang saling terpaut, tak urung batu-batu hitam itu menjadi mutiara. Taukah sayang? ujian-ujian itu hanya sebatas tinta yang menetes dalam arung samudera, kan menghilang bersama kuatnya hati yg terjaga. Kenalkah kita siapa kupu-kupu itu sebelum mereka teramat dikagumi? Seperti itulah...............

29 Feb 2012

Malam.....


I can only give you every thing I have...
If I can be the perfect woman in your life...
Ingin kembali bercerita... huwm, memang tak ada habisnya. Apa aku yang terlalu banyak bicara wahai malam? Atau aku yang terlalu tak bisa menata hati?padahal sudah ku bilang berkali – kali pada marahku, jangan pernah datang kerumah kami, kau hanya mengganggu. Tapi ia datang tiap hari malam. Apa yang bisa kulakukan? Sedangkan kau tak disampingku saat itu sayang. Di mana kau? Bukankah telah ku titipkan pesan padanya untukmu pulang sayang? Senja. Ingatkah?
Aku sakit merindukanmu. Datanglah...
Taukah sayang? Saat sendiri suatu waktu. Ada dia di sampingku. Saat senjamu tlah pergi, saat ia tak mampu lagi menahan matahari, saat terang yang ku pinta tak mau menampakkan muka. Begitu sakit. Aku tak pernah mau menangisimu sayang, karena cinta, aku tak mau menangisimu cinta, karena kau tak  pantas ditangisi. Pernah kau bisikkan saat itu, cinta adalah kebahagiaan. Dan karena itu aku tak  mau ingin menangisimu. Kalaupun air mata ini keluar adalah karena aku bahagia. Karena aku memilikimu.
Dia...........
Malam.......
Tak sekedar gelap. Bukan hanya sepi yang menghalangi jalan di depan sana. Lebih dari itu, membawa kedamaian, mengisi hati yang kesepian. Untukku, bahkan saat ku memejam, aku bisa melihat semua yang jauh di depan sana dengan sangat jelas. Ya. Memang, dia pun tlah mengajarkanku tentang kelapangan hati. Hidup dengan terima kasih. Usah kau memohon ada lampu kan menerangimu, seribu kunang-kunang tak hanya kan memberimu cahaya, tapi juga kan menghiasi setiap nafasmu dalam hampa. Tak banyak orang tau. Dari satu sisi yang tak banyak orang bisa melihat dan merasakannya. Dia menyelimuti dingin dengan dingin. Dia tersenyum  dan berlalu begitu saja. Karena kabut adalah teman, bulan adalah sahabat, bintang, awan semua hanya soal perasaan, menyusunnya menjadi indah dengan kelapangan hati, menunggu tentang embun yang selalu menjanjikan pagi. Tak ada baginya yang tak menjadi senyuman. Cukup bodoh. Tapi aku jauh lebih bodoh. Malam, memang selalu ada prasangka, bukan, lebih tepatnya alasan untuk merasa lelah. Tapi darimu, aku tak lagi takut gelap. Teruslah mengajarkanku tentang cinta, tentang hidup, tentang kelapangan hati. Pernah ku katakan aku merasa kasihan karena banyak yang takut akan gelapmu dan aku yang akan menemanimu. “I’ll take care of you” kata-kata itu, aku tertawa mengingatnya, karena kenyataannya, kau menjagaku sepanjang waktumu, selama kakimu masih bisa melangkah dan tanganmu meraih sakitku. Aku selalu menantikanmu, dalam tiap hela nafas panjang, tentang satu senyum, titipan dari seseorang katamu, malam....
Dia menjagaku...

12 Feb 2012

Tentang Satu Cerita (lanjutan..)


Buatku, cerita kita tak pernah berujung. Mungkin waktu tak lagi mengiyakan. Tapi hati kita menunjukkannya. Ingatkah sayang? Tentang senja. Tentangnya yang selalu memberi kita kesempatan. Berdua...
Bersama siapa kau di sana? Sendiriankah sayang? berduakah? Tenanglah, aku di sini tak apa, karena senjamu menjagaku, saat kau tak ada.
Dia, satu masa, berbisik padaku, bulan di atas sana tersenyum melihatku, terang, utuh, damai dalam pangku awan. Aku tak mengenalnya sebelum kita, hingga sebuah senja mendatangiku. Waktu itu, tak pernah bisa kulupakan. Senyumnya sayang, senja itu, dia tak mau bicara, sedikitpun. Tapi kulihat dari matanya ada satu isyarat, kemudian ku raih satu tangannya saat itu. Begitu lembut. Sejak itu aku pun tahu, ketulusan memang tak perlu diucapkan. Dipegangnya tanganku makin erat. Menggelengkan kepala saat ku coba melepasnya. Isyarat itu, satu pesan yang ku tinggalkan dalam hati, menjagaku dalam diam, membekas dalam ingatan.
“Ayolah”, katanya. 
Aku ragu waktu itu, ku bisikkan pada langit, “Tetaplah terang, aku takut gelap”.
Dan dia mendekatkan kepalanya padaku, “Tenanglah”. 
Senja menuntunku sayang, tanpa kehadiranmu. Ke sebuah tempat. Aku takut sayang. Tapi kau tak kunjung datang. Dia berjalan tegak, sesekali melihat dan tersenyum padaku, masih dengan isyarat itu.
Benar-benar dingin. Tak ramah buatku. Tempat itu, caranya menatap mataku, tak pernah berubah.
*****
Malam.....   

<bersambung...>

16 Desember 2024

Hari sebelumnya, kami sedang membaca buku bersama. Dunia Tumbuhan. Buku baru Nehan. Lalu ada sebuah tumbuhan yang mengena di hati saya. Embu...